Selasa, 22 September 2015

Cerpen



KETIKA MASALALU MENHAMPIRI
Langit bagai runtuh , bumi bagai hancur. Ini adalah hari paling naas dalam hidupku, kisah paling menyakitkan yang aku alami.
Namaku Rafa, usiaku 25 tahun, aku memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai. Kami telah menjalani hubungan selama dua tahun, aku berfikir sudah saatnya aku menunjukkan keseriusanku pada gadis pujaanku itu, juga pada keluarganya.
Aku menemuinya dan mengajaknya mengenalkanku pada keluarganya, dan dia sangat setuju, terpancar kebahagiaan dari raut wajahnya.
Sesampainya dirumahnya , aku berhadapan dengan orangtuanya. Gugup ?? Ya.. aku memang gugup, namun karena tekadku sudah bulat maka aku menyampaikan semua keinginanku.
Langit cerah sekejap berubah menjadi pekat, aku tak kuasa mendengar dan menyaksikan tragedi yang menimpaku. Mereka menolak niatku untuk menjadikan puterinya sebagai permaisuriku dengan alasan aku orang miskin. Aku tak bisa berbuat banyak, memang ku akui aku bukan anak bangsawan, aku orang miskin, kerja pun masih diujung telunjuk orang lain.
Aku menyadari siapa diriku, aku mudur, aku melangkah berlalu meninggalkan rumah itu dengan diiringi derai air mata pilu pujaan hatiku. Maafkan aku cintaku, jika kita berjodoh pasti bersatu.
Hari-hariku tak lagi indah. semua hambar, apalagi disaat aku mendapat sebuah undangan bahwa pujaanku telah dimiliki orang. Hatiku semakin hancur, rasanya aku tak sanggup melanjutkan hidup ini, namun sang pujaan yang kini tepatnya adalah mantan kekasih selalu mendukungku untuk bangkit dan bersemangat, kami pun masih menjalin komunikasi dan diam-diam bertemu untuk sekedar mengobrol dan melepas rindu yang terasa pilu.
Sudah dua tahun berlalu, dan aku masih begini saja gak ada perubahan, masih miskin dan belum punya pasangan hidup.  Aku berusaha untuk MoveOn dan akhirnya bertemu seorang perempuan dan aku tertarik padanya. dia dari keluarga sederhana yang menerimaku dengan bijaksana, dia berkata rizqi itu hak setiap manusia. asal kita berusaha, pasti dapat rizqi berlimpah. Aku bahagia dan merasa mantap untuk hidup mengarungi dan membina bahtera rumah tangga bersamanya. Aku tak lagi berkomunikasi maupun bertemu dengan mantan kekasihku, aku benar-benar merasa bahagia dan damai bersama isteriku.
Awal pernikahan memang gak ada perubahan, namun aku tetap semangat bekerja dengan bantuan dan dorongan dari isteriku, hingga pernikahanku genap satu tahun kesuksesan itu kuraih bersama isteriku dan kami dikaruniai seorang anak laki-laki.. Sempurnalah hidupku kini.
Awalnya aku dan isteri membuka warung makan yang sederhana dan kini menjadi restoran besar nan megah, semuanya karunia tuhan dan kegigihan isteriku membantu dan mendukungku. Kini hidupku sudah lebih baik, bukan lagi seorang yang miskin. Aku telah menjadi seorang yang mampu menghidupi keluargaku hidup berkecukupan.
                                                                        *****
Aku mendengar kabar bahwa mantan kekasihku telah menjadi seorang janda, aku kaget sekaligus aku merasa bahagia, sungguh kejam perasaanku namun itulah perasaanku. Aku merasa simpati padanya, akhirnya aku kembali menjalin komunikasi dengannya lewat sosial media dan kadang-kadang bertemu langsung untuk sekedar curhat. tentu saja tanpa sepengetahuan isteriku.
Sering bertemu, rupanya terjadi sesuatu dengan hati dan perasaanku, aku merasa perasaanku yang dulu padanya kini telah kembali. Disela-sela kesibukanku dan tanpa sepengetahuan isteriku aku sering ngajak ketemu dia bahkan aku main kerumahnya yaitu rumah orangtuanya yang dulu pernah kukunjungi. Kini raut wajah orangtuanya beda 180° dengan yang dulu, kini mereka begitu ramah menyambutku.
Aku berniat menikahinya, tekadku sudah bulat. Namun niat itu segera buyar saat aku melihat anakku merangkak belajar berjalan dan dengan telaten isteriku membimbingnya, betapa manisnya mereka. itu adalah hartaku yang amat berharga yang hampir aku sia-siakan. Aku mencoba berfikir jernih dan bertanya pada diriku sendiri apa yang aku harapkan dari masalalu, aku mungkin akan menjadi omongan orang, aku akan menyakiti anak dan isteriku, aku mungkin akan dibenci oleh mereka. Isteriku, gadis yang menerima laki-laki miskin sepertiku dan mempercayaiku akan setia padanya, apakah aku harus menyakitinya dan menyia-nyiakannya ?? tidak ya tuhan. Tak terasa air mata meleleh di pipiku, kusapu air mataku dan kuhampiri anak isteriku seraya aku memeluknya. Aku bertekad untuk tak lagi mengingat masalaluku. dia memang berharga, tapi itu dulu karena saat ini merekalah yang paling berharga. yang harus selalu kujaga dan kulindungi, ANAK dan ISTERIKU, kehidupan RUMAH TANGGAKU.
“Masalalu memang tak harus dilupakan, namun jangan jadi penghalang dan menghancurkan kehidupan sekarang / masa depan, jagalah yang kini telah anda raih dan menjadi milik anda.”

Karya : Wanda Dewi Agustina
Terinspirasi dari acara “Mario Teguh Golden Ways”
Dengan tema “TRUE JODOH”
30 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan.
terimakasih.