KETIKA
MASALALU MENHAMPIRI
Langit bagai runtuh , bumi bagai hancur. Ini adalah hari
paling naas dalam hidupku, kisah paling menyakitkan yang aku alami.
Namaku Rafa, usiaku 25 tahun, aku memiliki seorang kekasih
yang sangat aku cintai. Kami telah menjalani hubungan selama dua tahun, aku
berfikir sudah saatnya aku menunjukkan keseriusanku pada gadis pujaanku itu,
juga pada keluarganya.
Aku menemuinya dan mengajaknya mengenalkanku pada
keluarganya, dan dia sangat setuju, terpancar kebahagiaan dari raut wajahnya.
Sesampainya dirumahnya , aku berhadapan dengan orangtuanya.
Gugup ?? Ya.. aku memang gugup, namun karena tekadku sudah bulat maka aku
menyampaikan semua keinginanku.
Langit cerah sekejap berubah menjadi pekat, aku tak kuasa
mendengar dan menyaksikan tragedi yang menimpaku. Mereka menolak niatku untuk
menjadikan puterinya sebagai permaisuriku dengan alasan aku orang miskin. Aku
tak bisa berbuat banyak, memang ku akui aku bukan anak bangsawan, aku orang
miskin, kerja pun masih diujung telunjuk orang lain.
Aku menyadari siapa diriku, aku mudur, aku melangkah berlalu
meninggalkan rumah itu dengan diiringi derai air mata pilu pujaan hatiku.
Maafkan aku cintaku, jika kita berjodoh pasti bersatu.
Hari-hariku tak lagi indah. semua hambar, apalagi disaat aku
mendapat sebuah undangan bahwa pujaanku telah dimiliki orang. Hatiku semakin
hancur, rasanya aku tak sanggup melanjutkan hidup ini, namun sang pujaan yang
kini tepatnya adalah mantan kekasih selalu mendukungku untuk bangkit dan
bersemangat, kami pun masih menjalin komunikasi dan diam-diam bertemu untuk
sekedar mengobrol dan melepas rindu yang terasa pilu.
Sudah dua tahun berlalu, dan aku masih begini saja gak ada
perubahan, masih miskin dan belum punya pasangan hidup. Aku berusaha untuk MoveOn dan akhirnya bertemu
seorang perempuan dan aku tertarik padanya. dia dari keluarga sederhana yang
menerimaku dengan bijaksana, dia berkata rizqi itu hak setiap manusia. asal
kita berusaha, pasti dapat rizqi berlimpah. Aku bahagia dan merasa mantap untuk
hidup mengarungi dan membina bahtera rumah tangga bersamanya. Aku tak lagi
berkomunikasi maupun bertemu dengan mantan kekasihku, aku benar-benar merasa
bahagia dan damai bersama isteriku.
Awal pernikahan memang gak ada perubahan, namun aku tetap
semangat bekerja dengan bantuan dan dorongan dari isteriku, hingga pernikahanku
genap satu tahun kesuksesan itu kuraih bersama isteriku dan kami dikaruniai
seorang anak laki-laki.. Sempurnalah hidupku kini.
Awalnya aku dan isteri membuka warung makan yang sederhana
dan kini menjadi restoran besar nan megah, semuanya karunia tuhan dan kegigihan
isteriku membantu dan mendukungku. Kini hidupku sudah lebih baik, bukan lagi
seorang yang miskin. Aku telah menjadi seorang yang mampu menghidupi keluargaku
hidup berkecukupan.
*****
Aku mendengar kabar bahwa mantan kekasihku telah menjadi
seorang janda, aku kaget sekaligus aku merasa bahagia, sungguh kejam perasaanku
namun itulah perasaanku. Aku merasa simpati padanya, akhirnya aku kembali
menjalin komunikasi dengannya lewat sosial media dan kadang-kadang bertemu
langsung untuk sekedar curhat. tentu saja tanpa sepengetahuan isteriku.
Sering bertemu, rupanya terjadi sesuatu dengan hati dan
perasaanku, aku merasa perasaanku yang dulu padanya kini telah kembali.
Disela-sela kesibukanku dan tanpa sepengetahuan isteriku aku sering ngajak
ketemu dia bahkan aku main kerumahnya yaitu rumah orangtuanya yang dulu pernah
kukunjungi. Kini raut wajah orangtuanya beda 180° dengan yang dulu, kini mereka begitu ramah
menyambutku.
Aku berniat menikahinya, tekadku sudah bulat. Namun niat itu
segera buyar saat aku melihat anakku merangkak belajar berjalan dan dengan
telaten isteriku membimbingnya, betapa manisnya mereka. itu adalah hartaku yang
amat berharga yang hampir aku sia-siakan. Aku mencoba berfikir jernih dan
bertanya pada diriku sendiri apa yang aku harapkan dari masalalu, aku mungkin
akan menjadi omongan orang, aku akan menyakiti anak dan isteriku, aku mungkin
akan dibenci oleh mereka. Isteriku, gadis yang menerima laki-laki miskin sepertiku
dan mempercayaiku akan setia padanya, apakah aku harus menyakitinya dan
menyia-nyiakannya ?? tidak ya tuhan. Tak terasa air mata meleleh di pipiku,
kusapu air mataku dan kuhampiri anak isteriku seraya aku memeluknya. Aku
bertekad untuk tak lagi mengingat masalaluku. dia memang berharga, tapi itu
dulu karena saat ini merekalah yang paling berharga. yang harus selalu kujaga
dan kulindungi, ANAK dan ISTERIKU, kehidupan RUMAH TANGGAKU.
“Masalalu memang tak
harus dilupakan, namun jangan jadi penghalang dan menghancurkan kehidupan
sekarang / masa depan, jagalah yang kini telah anda raih dan menjadi milik
anda.”
Karya : Wanda Dewi Agustina
Terinspirasi
dari acara “Mario Teguh Golden Ways”
Dengan
tema “TRUE JODOH”
30
Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan.
terimakasih.