Selasa, 22 September 2015

Cerpenku



TERNYATA . .
Malam ini aku kebagian kerja lembur, dan saat ini jam tanganku menunjukkan angka 22:38 hampir jam sebelas malam.
Dari kantor ke rumah adalah satu jam perjalanan, aku harus naik angkutan kota dan naik ojeg sebentar untuk sampai depan rumah karena angkutan umum tak melewati rumahku , aku biasa turun di depan kantor desa dan jarak ke rumahku sekitar 500 M.
Aku udah sampai depan kantor desa dan aku harus berjalan kaki karena tukang ojeg yang biasa mangkal udah gak ada.
Dengan perasaan takut dan berjalan gontai aku tengok kanan kiri dan semuanya sunyi ditambah penerangan jalan yang masih kurang memadai sehingga sesekali aku harus menyalakan handphoneku untuk penerangan.
Kira-kira aku sudah berjalan hingga 100 M ayahku menelpon karena menghawatirkanku namun aku bilang pada ayah sebentar lagi aku sampai rumah, aku gak mau ngerepotin ayah karena ayah sedang sakit, aku juga gak mungkin mengandalkan ibu dan ke 5 adikku, beginilah nasibku terlahir sebagai tulang punggung keluarga, namun aku ikhlas.
 Batre Hp’ku habis karena aku memakainya untuk penerang jalan, mungkin besok aku harus membawa senter fikirku.
Bulu kudukku merinding, jantungku berdebar kencang, aku melewati sekumpulan orang yang tengah asyik dengan air neraka.
Aku berusaha tenang dan berjalan santai, hatiku tak lepas dari mengingat namaNYa semoga aku senantiasa dalam lindunganNya .
Aku kaget ketika seseorang memegang tanganku dan menghalangi jalanku, dia merayuku dan aku berusaha lari.
Naas perlawananku tak berarti apa-apa, aku diseret kedalam sebuah bangunan dengan cahaya remang. sedikit aku bisa melihat wajah manusia berhati iblis dan bermuka binatang tersebut.
Mereka merenggut kesucian dan kehormatanku, aku hanya menjerit dalam hati, kenapa hal semacam ini menimpaku??
Tubuhku memar dan terluka karena berusaha melawan dan melepaskan diri dari Manusia laknat itu.
Namun apa daya, aku wanita lemah tak mampu mengimbangi tenaga mereka yang dipenuhi nafsu biadab.
Setelah melampiaskan nafsu biadabnya mereka pergi dengan tawa yang berderai, seakan gendang telingaku pecah mendengarnya .
            Aku terbaring lemah tanpa sehelai benang menempel ditubuhku, aku merasa diriku kotor penuh najis, air mataku terus mengalir mengalahkan derasnya air sungai.
            Aku segera menutupi tubuhku dengan kain yang tersisa, pagi kini mejelang. Mentari muncul dengan sinarnya yang hangat namun, bagiku itu dingin bagaikan air sewindu yang tersimpan dalam kendi.
            Aku mendengar suara ayah memanggil-manggil namaku, aku bangkit dan memeluk ayah, air mataku mengalir, ayah heran melihatku seperti ini.
“kamu kenapa Kayla ?? ada apa ??” ayahku bertanya keheranan .
“ayah terima kasih telah membangunkanku, aku MIMPI BURUK ayah . .” jelasku dan memeluk ayah dengan erat.
Ayah lalu tertawa aku pun tersenyum dan bersyukur , “terimakasih tuhan ini hanyalah sebuah mimpi” hatiku bersyukur, ini terjadi karena aku lupa berdo’a sebelum tidur.


Makasih yaa udah baca cerpenku, maaf kalo ceritanya gak menarik dan garing.

By : Wanda Dewi Agustina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan.
terimakasih.